Busur Gendewa JEMPARINGAN Sumber : https://www.backstreetacademy.com/yogyakarta/1832/the-making-of-gendewa-traditional-javanese-archery ( Bpk. KRIS Panahan ) -Jual Gendewa Jemparingan untuk anak dan dewasa. Pak Kris Panahan | Hp/WA. 0838 6768 4151 Toko : Jl. Suryowijayan 69a, pojokbeteng kulon, Yogyakarta 55142. Telp. (0274) 374 327 Jemparingan adalah seni budaya panahan ASLI dari kasultanan Yogyakarta. Dilakukan dlm POSISI duduk bersila (putri: timpuh ), menggunakan GENDEWA (busur) dan JEMPARING (anak-panah). **** Untuk CENGKOLAK (pegangan busur/ riser ) dari kayu keras, spt: Sonokeling, Asem, Nangka, Sawo, dll. Barangkali ada yg mau buat sendiri, modelnya bebas, yg penting nyaman dipakai dan aman / tidak mudah patah. Di pasaran, cengkolak mentah belum di- finishing harga UMUM berkisar Rp.200ribu. Untuk LAR / sayapnya, dari bambu Petung yg TUA, dg jarak antar-ruasnya 65-70cm. Mohon DIHINDARI adanya ruas di tengah lar gendhewo kita, karena getas /
JEGULAN Khusus untuk para abdi-dalem dan keluarga kraton , jemparingan dilakukan dg posisi melintang, tanpa dibidik dg mata, melainkan dg hati. k Asal-usul Jemparingan di Kesultanan Yogyakarta Asal usul jemparingan di Kesultanan Yogyakarta, atau juga dikenal sebagai jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta , dapat ditelusuri sejak awal keberadaan Kesultanan Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792), raja pertama Yogyakarta, mendorong segenap pengikut dan rakyatnya untuk belajar memanah sebagai sarana membentuk watak kesatria. Watak kesatria yang dimaksudkan adalah empat nilai yang harus disandang oleh warga Yogyakarta. Keempat nilai yang diperintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono I untuk dijadikan pegangan oleh rakyatnya tersebut adalah : sawiji , greget , sengguh , dan ora mingkuh . Sawiji berarti berkonsentrasi, greget berarti semangat, sengguh berarti rasa percaya diri, dan ora mingkuh berarti bertanggung jawab. (*) Menurut GBPH Prabu
Panahan Jemparingan Piala Raja 2018 HB cup Dalam Gladhen Jemparingan Piala Raja HB ini, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat diberi kepercayaan oleh Dinas Pariwisata Provinsi DI Yogyakarta untuk menyelenggarakan Gladhen Hageng Jemparingan. Paseduluran Jemparingan LANGENASTRO mendapatkan palilah (mandat) dari kraton Ngayogyakarta, sebagai pelaksana lapangan (gladhen jemparingan)