Sabtu, 06 Juli 2019

JEGULAN

JEGULAN



Khusus untuk para abdi-dalem dan keluarga kratonjemparingan dilakukan dg posisi melintang, tanpa dibidik dg mata, melainkan dg hati.
k

Asal-usul Jemparingan di Kesultanan Yogyakarta

Asal usul jemparingan di Kesultanan Yogyakarta, atau juga dikenal sebagai jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta, dapat ditelusuri sejak awal keberadaan Kesultanan Yogyakarta.
Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792), raja pertama Yogyakarta, mendorong segenap pengikut dan rakyatnya untuk belajar memanah sebagai sarana membentuk watak kesatria.
Watak kesatria yang dimaksudkan adalah empat nilai yang harus disandang oleh warga Yogyakarta. Keempat nilai yang diperintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono I untuk dijadikan pegangan oleh rakyatnya tersebut adalah : sawiji, greget, sengguhdan ora mingkuh.
Sawiji berarti berkonsentrasi, greget berarti semangat, sengguh berarti rasa percaya diri, dan ora mingkuh berarti bertanggung jawab. (*)
Menurut GBPH Prabukusumo, tradisi Jemparingan sempat vakum lama dan baru mulai dilaksanakan lagi pada tahun 2013 (**)
Teknik di atas yang oleh kalangan UMUM (di luar kraton) dikenal dg istilan : jegulanjenthotan, atau undlup ini, baru MULAI DIAJARKAN untuk masyarakat UMUM mulai 16 Januari 2018
(Sebelumnya… he.3x saya sendiri tidak-diperbolehkan mengikutinya - bukan abdi-dalem kraton)

Di karaton Yogyakarta, teknik ASLI memanah dg posisi busur gendhewa melintang/horisontal ini dikenal dg nama Jemparingan gagrak Mataraman Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, atau disingkat Jemparingan Mataraman (bukan jegulan)

Istilah jegulan, jenthotan, undlup, dll TIDAK DIKENAL di lingkup istana. Yang ada hanya panahan (bahasa jawa ngoko) atau JEMPARINGAN (krama-hinggil).

Dalam perkembangannya, jemparingan-mataraman mengalami MODIFIKASI supaya bisa dipertandingkan dalam lomba panahan di tingkat nasional/internasional

Sri paduka Pakualam VIII memodifikasi gaya horisontal yg ASLInya utk sarana pembentukan karakter, memanah dg rasa / mata-hati, menjadi POSISI busur-miring / diagonal, dan mulai dibidik (di inceng -bahasa jawa) menggunakan mata.

Bukan lagi semata untuk pembentukan karakter ksatria, tapi lebih ke ujuan prestasi.

Selain posisi memanahnya menjadi diagonal, di bagian cengkolak/handle juga ditambahkan KALENAN (window - bhs.inggis)

Teknik ini di karaton disebut dg Jemparingan Mataraman gagrak PERPANI. (Sri Pakualam VIII dikenal sbg bapak panahan Indonesia, pendiri PERPANI : Persatuan Panahan Indonesia).

Foto keterangan gambar di atas, adalah Sri Paduka Pakualam VIII sedang gladhen jemparingan-mataraman.

Belajar Panahan Jemparingan Mataraman Yogyakarta (AK)

Panduan belajar panahan JEMPARINGAN mataram Yogyakarta (  Bpk. Kris Jemparingan.com )  Panduan belajar panahan JEMPARINGAN mataram Yog...