Sabtu, 21 Maret 2020

Asal-mula Jemparingan Mataram Yogyakarta (AK)

Asal mula JEMPARINGAN MATARAM Yogyakarta

Catatan pribadi Bpk. Kris panahan, praktisi jemparingan-mataraman, pelatih panahan gaya Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat, dan atlit PERPANI KOTA Yogyakarta ronde panahan-tradisional.
.
.
Maret 2015. Sore hari di sekitaran lapangan Minggiran, Mantrijeron Yogyakarta. Suasana panas menyapa kami saat kebetulan sedang jalan-jalan sore bersama putra ke-2 kami, mas Noel.

Ada pemandangan tak biasa, beberapa bapak tampak duduk di pinggir lapangan sambil merentang busur kayu - mengincar sasaran di tengah lapangan yang jaraknya lumayan jauh.

Itu perkenalan PERTAMA keluarga kami dengan dunia panahan, dan ... sampai HARI INI, hampir tiada hari kami lewati tanpa merentang busur gendewa.

Sudah 41 tahun saya tinggal di Yogyakarta. Lahir, besar, menikah, bahkan sampai dikaruniai 3 orang putra dan ... tidak pernah sekalipun mendengar tentang (olahraga) panahan di Yogyakarta.

Sumber : KratonJogja

Saya memang tahu di kraton Jogja ada bregada (kesatuan prajurit) kraton bernama NYUTRA, yang bersenjata busur panah. Tapi, saya pernah tinggal di kampung Nyutran selama 5 tahun - bahkan bapak saya sempat menjadi ketua RT di sana - dan setahu saya, tidak ada yang bisa memanah di kampung saya itu.

Singkat cerita, keesokan harinya anak-anak kami yang besar : mas Kiyo dan mas Noel mendaftar untuk mulai belajar memanah di PERPANI KOTA Yogyakarta.

Untuk anak-anak SD, yang ada adalah ronde standarbow, dan saya ... kalau pas kerjaan jahitan kami agak sepi, lebih banyak nongkrong di samping Coach sembari memperhatikan putra-putra kami berlatih dari tingkat dasar.

Tidak berapa lama saya pun turun lapangan, ikut latihan di ronde panahan-tradisional PERPANI. 
Persis seperti yang dilakukan bapak-bapak yg kami lihat dulu itu, di lapangan Minggiran.


Apakah Kerajaan Mataram punya prajurit-pemanah ?










Sekilas sejarahnya seperti ini:

Kerajaan Mataram Islam wilayahnya mencakup hampir sebagian besar pulau Jawa, Madura, dan Kalimantan.

Istilah "Mataraman" mengacu kepada 'pengaruh' budaya di luar kerajaan Mataram, di daerah barat maupun timur Jawa.

Menurut budayawan dan dosen Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, dalam penelitian mengenai Jawa Mataraman, wilayah kebudayaan Mataraman terbagi menjadi tiga, yaitu : Mataraman Kulon (meliputi Madiun, Magetan, Ngawi, Pacitan, dan Ponorogo), Mataraman Wétan (meliputi Blitar, Kediri, Nganjuk, Trenggalek, dan Tulungagung), dan Mataraman Pesisir (meliputi Bojonegoro, Lamongan, dan Tuban).
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa_Mataraman

Teknik memanahnya khas, yaitu busur dipegang secara horisontal, memanah tanpa diincar dengan dilihat mata.

Sampai sekarang teknik memanah ini masih banyak ditemukan juga busur-panahnya, maupun klub-klub panahan tradisional yang masih melestarikannya, di : Cirebon, Tulung Agung, Tasik, dll, tentunya dengan istilah masing-masing (nama lokal), seperti misalnya:
- jamparing di Tasik,
- rancatan di Cirebon,
- Paseran,
- pajher di Madura
- jegulan di Jatinom, Klaten
- undlup di Wonogiri,
- dll
semua memanah dalam posisi duduk, dan memegang busur secara horisontal / gagrag (gaya) Mataraman.

Panahan era Mataram islam s/d jemparingan targetan


Dari Mataram Islam, budayanya turun ke Kraton Jogja (palihan budaya / perjanjian Jatisari: Yogyakarta meneruskan budaya Mataram Islam, Sala membuat budaya baru).

Era Hamengku Buwono ke-II, Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat pecah 2, lahir Kadipaten Pakualaman.

Panahan yg menjadi salah satu mata pelajaran di karaton ikut dibawa keluar kraton.

Sampai tahun 1953, orang Jawa masih memanah dalam posisi duduk, dan teknik memanahnya : busur dipegang secara horisontal.

Asal-mula Jemparingan


- Jemparingan saat ini banyak diminati orang, Cari tahu SEJARAHnya di Museum Sonobudoyo, Karaton Yogyakarta




Asal-mula Jemparingan

Keberadaan panah dan busur sudah dikenal oleh MASYARAKAT JAWA sejak zaman leluhur terdahulu, seperti tergambar dalam cerita – cerita pewayangan.

PANAH dalam cerita pewayangan merupakan salah-satu SENJATA dan PUSAKA yang dimiliki oleh para tokohnya. Sejumlah tokoh sangat ahli dalam MEMANAH. Sebut saja Arjuna, Karna, dan Srikandi.

Sedangkan JEMPARINGAN gaya MATARAMAN, asal mulanya diketahui berasal dari zaman MATARAM ISLAM. Hal ini dapat diketahui berdasarkan gambaran prajurit Nyutra yang bersenjatakan gendewa (busur) dan jemparing (anak-panah).



Di lingkungan Kraton Yogyakarta sendiri tradisi Jemparingan masih sangat dilestarikan. Terdapat sejumlah latihan-rutin yang biasa dilangsungkan dalam rangka memperingati suatu peristiwa, misalnya Wiyosan Dalem HB X.

Jemparingan merupakan salah-satu aktivitas para BANGSAWAN dan KSATRIA di lingkungan Kraton dalam GLADI keperwiraan dan kridha keprajuritan.

Dalam perkembangannya, seni memanah ini kini menjadi olahraga yang telah memasyarakat, dan mulai banyak diminati oleh berbagai kalangan. Tidak hanya sekedar sebagai olahraga ataupun hiburan, aktivitas Jemparingan  ini juga menjadi salah satu KEGIATAN PELESTARIAN BUDAYA.



----------------------------
--> DAFTAR ISI <--
----------------------------


Belajar Panahan Jemparingan Mataraman Yogyakarta (AK)

Panduan belajar panahan JEMPARINGAN mataram Yogyakarta (  Bpk. Kris Jemparingan.com )  Panduan belajar panahan JEMPARINGAN mataram Yog...